Perlu dipahami bahwa kualitas lingkungan menjadi kunci keberhasilan pembangunan di masa datang. Strategi pembangunan perlu memposisikan peran Indonesia bagi negara-negara lain di dunia. Posisi geografis Indonesia di katulistiwa yang memiliki hutan alam, perlu dipandang sebagai posisi strategis mengingat kebutuhan untuk menjaga kondisi hutan alam di masa depan tentu meningkat. Hal serupa juga terjadi pada persediaan air tawar.
Pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi menyebabkan permintaan terhadap air tawar di seluruh meningkat secara eksponensial. Indonesia yang memiliki hutan alam dan berada di daerah katulistiwa dengan curah hujan yang tinggi, memiliki sumber daya air tawar yang lebih baik dibandingkan negara lain. Hal-hal seperti ini perlu disadari untuk kemudian dibuatkan strategi untuk optimalisasi manfaatnya bagi bangsa Indonesia dalam jangka panjang.
Perubahan paradigma lain adalah keseimbangan aspek spasial dan intertemporal dalam perencanaan dan implementasi kebijakan pembangunan ekonomi. Aspek spasial fokus pada masalah pemerataan pembangunan agar pembangunan tidak hanya terkonsentrasi di Jawa. Penyebaran pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan untuk meningkatkan perdagangan antar pulau di Indonesia. Kondisi yang ada sekarang lebih cenderung supply barang didistribusikan kapal-kapal angkut ke luar Jawa, terutama di kawasan timur Indonesia, namun kapal-kapal tersebut tidak mengangkut barang saat kembali ke Jawa.
BACA JUGA: Pembangunan Ekonomi Versus Lingkungan: Siapa yang Mesti Menang
Aspek intertemporal perlu dikedepankan dalam perencanaan dan implementasi kebijakan ekonomi untuk meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya. Pola kebijakan ekonomi yang ada sekarang cenderung berorientasi jangka pendek, diperparah oleh regim APBN yang bersifat tahunan dengan KPI K/L yang fokus pada penyerapan anggaran. Ketika aspek intertemporal dipergunakan yang memungkinkan perencanaan dalam jangka menengah dan panjang, didukung APBN multiyears dan KPI K/L yang fokus ke output/outcome, akan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya.
Orientasi spasial dan intertemporal sangat diperlukan terkait perencanaan pembangunan untuk menciptakan lingkungan di tiap-tiap pulau yang mampu mendukung aktivitas ekonomi dalam jangka menengah dan panjang. Ketika orientasi pembangunan tidak lagi myopic maka kecenderungan untuk eksplorasi sumber daya alam secara besar-besaran cenderung dapat diminimalisasi. Konservasi lingkungan menjadi suatu kebutuhan ketika aspek spatial dan intertemporal dimasukkan ke dalam perencanaan pembangunan.
Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah perbaikan aspek kelembagaan di semua sektor. Pembangunan one data one map, pembangunan single identity number, pembangunan database beneficiary ownership, adalah beberapa infrastruktur yang perlu dibangun untuk mendukung perbaikan aspek kelembagaan. Di sisi lain kemudahan mekanisme perijinan untuk mendorong investasi namun di sisi lain tetap memegang praktik good governance perlu dilakukan. Kepastian hukum juga perlu ditingkatkan untuk meminimalisasi ketidaktentuan (uncertainty) dalam berusaha.
Untuk mengetahui lebih jauh gagasan dari Rimawan Pradiptyo, silakan unduh gagasan tersebut di lampiran yang tersebut di bawah ini. Semoga bermanfaat.
Oleh: Rimawan Pradiptyo
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada