Diversifikasi komoditas dapat menjadi solusi dalam meningkatkan kesejahteraan petani sawit. Pola pengembangan komoditas perkebunan ini dapat mengurangi risiko ekonomi akibat gagal panen dan fluktuasi pasar global. Terlebih, diversifikasi komoditas juga dapat mempertahankan budidaya tanaman endemik, dan menjaga keanekaragaman hayati. Strategi ini dibutuhkan karena kondisi kesejahteraan para petani di daerah yang perlu mendapat perhatian.
Hasil kajian Yayasan Madani Berkelanjutan menemukan, seluruh wilayah perdesaan di provinsi sentra perkebunan kelapa sawit belum dapat dikatakan sejahtera karena mayoritas pengeluaran konsumsinya masih dialokasikan untuk makanan.
Dibutuhkannya diversifikasi komoditas juga dikonfirmasi dari nilai tukar petani (NTP) atau perbandingan indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayarkan. Pada analisis pada NTP Riau yang dilakukan Yayasan Madani Berkelanjutan, terlihat bahwa tanaman pangan justru lebih menguntungkan bagi petani daripada tanaman perkebunan.
Riset lain dari Climate Policy Initiative di Berau Kalimantan Timur menunjukkan, penerimaan petani kelapa sawit yang menggarap 2 hektare lahan ternyata tidak mencapai upah minumum regional. Namun, saat disimulasikan petani melakukan diversifikasi ke tanaman pangan; seperti jagung, kakao, atau lada, ditemukan kalau penerimaan petani bisa naik sampai sembilan kali lipat dalam skenario terbaik, tanpa ekspansi lahan. Hal ini menggambarkan dominasi lahan sawit dan kebergantungan pada satu komoditas–dalam hal ini sawit, berpotensi menyulitkan hidup petani.