Madani

Tentang Kami

Naik 3 Kali Lipat Dibanding Tahun Sebelumnya, Kalimantan Timur Berstatus Siaga Darurat Karhutla

Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di kuartal pertama tahun ini melonjak tinggi. Berdasarkan analisis model Area Indikatif Terbakar (AIT) yang dikembangkan Yayasan MADANI Berkelanjutan sejak 2019, terjadi kenaikan luas area indikatif terbakar secara year on year (yoy) di periode yang sama (Januari-April) sebesar 3 kali lipat dari 12.952 hektare area diduga terbakar di 2023 menjadi 41.982 hektare di 2024.

Kenaikan signifikan ini patut menjadi perhatian serius semua pihak, terutama pemerintah sebagai pemangku kepentingan yang memiliki wewenang dalam penanganan dan penanggulangan bencana karhutla di negeri ini.

Akumulasi Model AIT tiap provinsi ini memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 97,37% dengan SIPONGI (Sistem Pemantauan Karhutla) miliki Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK.

Model AIT yang dikembangkan MADANI ini merupakan upaya untuk melihat pola hotspot yang memiliki karakteristik khusus. Sehingga patut kita duga menjadi area indikatif terbakar. Data hotspot sendiri memiliki kekurangan, di antaranya sulit untuk memilah mana titik panas karhutla dan mana titik panas selain karhutla. Namun pada Model AIT MADANI, hanya memasukan titik panas penyebab karhutla sehingga menghasilkan informasi yang lebih akurat.

Dari data AIT MADANI, tercatat bahwa ada 87,5% AIT atau setara 35 ribu ha berada di 10 Provinsi terluas yakni, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, NTT, Kepulauan Riau, Aceh, Kalimantan Barat, Riau, dan Kalimantan Timur.

Related Article

id_IDID