Madani

[sub_categories]
[post_image]
[post_title]

Aktivitas new normal (normal baru) yang sedang diterapkan saat ini seharusnya dijadikan sebagai sebuah gerakan mendasar yang tidak hanya soal penerapan protokol kesehatan, melainkan juga soal strategi mengurai berbagai persoalan yang ada di tengah masyarakat.

Normal baru mengajarkan banyak pihak untuk tidak sekedar cuci tangan dan mengenakan masker, namun jauh daripada itu yakni memulai kehidupan baru yang lebih baik. Begitu halnya dengan pembangunan Indonesia saat ini. Seharusnya, normal baru menjadi momentum tepat bagi para pemangku kepentingan untuk mulai memikirkan strategi baru dalam membangun Indonesia yang lebih baik. 

Model Pembangunan Indonesia saat ini masih menekankan pada ekstraksi dan eksplorasi sumber daya alam, seperti hutan dan lahan. Padahal Indonesia bukan hanya negara yang rentan terhadap bencana, namun model pembangunannya pun masih rentan terhadap kerusakan,”ungkap Direktur Eksekutif, Muhammad Teguh Surya dalam diskusi virtual “#NewIndonesia–Adaptasi Kebiasaan Baru, Membangun Ekonomi Tanpa Merusak Lingkungan” yang diselenggarakan Yayasan Madani Berkelanjutan pada Rabu, 09 Juli 2020.

Teguh Surya juga mengatakan bahwa sudah seharusnya model pembangunan hari ini didasarkan oleh berbagai aspek kerentanan. “Dalam 4 bulan saja ketika terjadi karhutla, kita sudah rugi USD 16,1 miliar atau 221 triliun, di sektor pertambangan juga punya masalah besar, seperti Freeport yang dari segi limbahnya saja telah merugikan Indonesia sebanyak USD 13 miliar,” tambah Teguh Surya.

Diskusi ini juga dihadiri Ketua Dewan Pembina Yayasan KEHATI, Ismid Hadad dan Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, Rimawan Pradiptyo.

Ismid Hadad selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan KEHATI mengungkap fakta bahwa selama ini lingkungan kerap dinomor duakan. “Sumber daya alam selama ini hanya dipandang sebagai salah satu bahan untuk produksi, sehingga muncul anggapan bahwa sumber daya alam serta lingkungan sah-sah saja untuk dieksploitasi”, ujar Ismid Hadad.

Ismid Hadad juga mengatakan bahwa lingkungan sangat diperlukan bagi kehidupan, contohnya hutan yang merupakan faktor penting. Namun sayang, hal-hal terkait perlindungannya masih dianggap tidak mendesak.

Sementara itu, Rimawan Pradiptyo mengatakan bahwa permasalahan Indonesia saat ini adalah persoalan korupsi, karena korupsi yang terjadi juga merupakan korupsi struktural. Bukan hanya itu, menurut Rimawan, persoalan aspek kelembagaan juga menjadi akar dari banyak persoalan di negeri ini. 

Banyak Negara dengan SDA yang tinggi, memiliki aspek kelembagaan yang lemah, sehingga kerap terjadi korupsi dan akhirnya mereka tertinggal,” ujar Rimawan. Ia juga menyebut contoh negara yang kaya akan SDA yang berhasil keluar dari jerat persoalan tersebut seperti Australia, Malaysia, dan Chile, karena mereka memprioritaskan perbaikan aspek kelembagaan dan human capital

Dengan banyaknya persoalan yang ada, Yayasan Madani Berkelanjutan melihat bahwa normal baru merupakan momentum untuk mengubah strategi pembangunan dengan membangun tanpa merusak lingkungan. Melalui diskusi ini juga, Yayasan Madani Berkelanjutan mengajak banyak pihak untuk berkontribusi ide dan pemikiran dalam 1000 Gagasan Pembangunan Ekonomi Tanpa Merusak Lingkungan. 

Untuk mendapatkan materi yang disampaikan narasumber dalam diskusi ini, silakan download lampiran yang tersedia di bawah ini. Semoga bermanfaat.

Related Article

[related_posts]