Hutan Bisa Kendalikan Krisis Iklim Tetapi Masih Terus Terancam

Hutan berperan penting dalam mengendalikan krisis iklim karena bisa menyerap polusi penyebab pemanasan global bernama emisi gas rumah kaca (GRK). Sayangnya, luas hutan dunia terus menyusut dari tahun ke tahun.

Hutan bisa mengendalikan krisis iklim karena bisa menyerap emisi GRK yang dilepaskan oleh aktivitas manusia ke atmosfer. Pada dasarnya, semakin sedikit emisi GRK yang berada di atmosfer, semakin sedikit pula panas matahari yang terperangkap di bumi.

Hutan diperkirakan menyerap hingga 7,6 miliar metrik ton karbondioksida (salah satu bentuk emisi GRK) atau 1.5 kali lebih besar dari emisi tahunan Amerika Serikat. Lahan gambut patut mendapat perhatian khusus karena bisa menyerap karbon dua kali lebih banyak dari total karbon yang disimpan semua hutan di dunia.

Hutan juga merupakan rumah bagi berbagai macam flora, fauna, dan bahkan masyarakat adat. Menjaga hutan berarti menjaga kelangsungan semua makhluk hidup.

Sayangnya, hutan di seluruh dunia terus menyusut. Sejak 1990, dunia telah kehilangan 420 juta hektare hutan, setara 2,5 kali luas Indonesia. Selama tahun 2021 saja, dunia kehilangan sekitar 25,3 juta hektare hutan, setara 2,5 kali negara Portugal.

Pembabatan hutan atau deforestasi sangat merugikan karena dunia kehilangan penyerap emisi GRK-nya. Terlebih lagi, pembabatan hutan itu sendiri bisa secara langsung melepaskan emisi GRK ke atmosfer (misalnya, saat hutan dibabat dengan cara dibakar). Oleh karena itu, deforestasi diperkirakan menyumbang XX% dari total emisi GRK dunia.