Madani

Tentang Kami

REDUCING DEPENDENCE ON PALM OIL-BASED BIOFUELS

REDUCING DEPENDENCE ON PALM OIL-BASED BIOFUELS

Suatu saat bahan bakar fosil akan tidak dimanfaatkan lagi karena dampak kerusakan lingkungan, salah satunya krisis iklim yang diakibatkannya. Menuju transisi energi bersih yang lebih terbarukan, meninggalkan energi fosil dengan beralih memanfaatkan biofuel dinilai cukup realistis (Madaniberkelanjutan.id, 5 Oktober 2021).

Untuk melepaskan diri dari energi fosil dan mendorong bauran energi, pemerintah Indonesia menginisiasi kebijakan bahan bakar nabati (BBN) sejak 2006. Langkah itu kemudian menjadi strategi mencapai target penurunan emisi nasional yang tertuang dalam dokumen nationally determined contribution (NDC) 2030 dan pencapaian net zero emission di sektor energi. Dengan pencampuran BBN dalam bahan bakar untuk transportasi, diharapkan impor solar menurun dan potensi dalam negeri dapat ditingkatkan (Mongabay.co.id, 2021).

Definisi dan Jenis BBN

Biofuel atau BBN adalah bahan bakar yang berasal dari bahan-bahan nabati dan/atau dihasilkan dari bahan-bahan organik lain (Ebtke.Esdm.go.id, 2019). BBN adalah semua bentuk minyak nabati, yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar, baik dalam bentuk esternya (biodiesel) atau anhydrous alkoholnya (bioetanol) maupun minyak nabati murninya (pure plant oil atau PPO). Dengan beberapa persyaratan tertentu, biodiesel dapat menggantikan solar, bioetanol dapat menggantikan premium, sedangkan bio-oil dapat menggantikan minyak tanah (Prastowo, 2007). 

Biodiesel merupakan bentuk ester dari minyak nabati setelah adanya perubahan sifat kimia karena proses transesterifikasi yang memerlukan tambahan metanol. Bioetanol merupakan anhydrous alkohol yang berasal dari fermentasi jagung, sorgum, sagu atau nira tebu (tetes) dan sejenisnya. Bio-oil merupakan minyak nabati murni atau dapat disebut minyak murni, tanpa adanya perubahan kimia, dan dapat disebut juga pure plant oil atau straight plant oil, baik yang belum maupun sudah dimurnikan atau  disaring. Bio-oil dapat disebut juga minyak murni (Prastowo, 2007).

Direktorat Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan (2015) menetapkan 13 tanaman di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi biodiesel dan bioetanol, yakni kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, nyamplung, kemiri sunan, pongamia, karet, tebu, ubi kayu, jagung, sagu, aren, dan sorgum.  

Dari semua tanaman yang potensial untuk diproduksi menjadi BBN itu, pemerintah Indonesia baru memanfaatkan sawit. Program mandatori biodiesel sudah mulai diimplementasikan pada tahun 2008 dengan kadar campuran biodiesel sebesar 2,5%. Secara bertahap kadar biodiesel meningkat hingga 7,5% pada 2010. Pada periode 2011 hingga 2015  persentase biodiesel ditingkatkan dari 10% menjadi 15%. Selanjutnya, pada 1 Januari 2016, ditingkatkan kadar biodiesel hingga 20% (B20). Program Mandatori B20 berjalan baik dengan pemberian insentif dari BPDPKS untuk sektor PSO. Mulai 1 September 2018 pemberian insentif diperluas ke sektor non-PSO (Ebtke.Esdm.go.id, 2019).

Pemerintah Indonesia kemudian memberlakukan program B30 (campuran biodiesel 30% dan 70% solar). Dikutip dari Kominfo.go.id (2019), Presiden Jokowi meluncurkan Program Mandatori B30 di SPBU Pertamina MT Haryono 31.128.02 Jakarta pada 23 Desember 2019. Program itu akan diimplementasikan secara serentak di seluruh Indonesia mulai 1 Januari 2020. Indonesia pun tercatat sebagai negara pertama yang mengimplementasikan B30 di dunia.

Pemerintah Indonesia juga telah memasukkan sawit ke dalam salah satu dari lima program untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan. Program itu masuk ke dalam Prioritas Riset Nasional 2020—2024 yang berada di bawah Kemenristek/BRIN (Kompas.com, 2021). Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, mengatakan bahwa target penggunaan BBN dari sawit sebagai BBM ialah menghasilkan bensin, diesel, maupun avtur 100 persen dari bahan baku kelapa sawit sehingga bisa mengurangi impor BBM (Kompas.com, 2021).

BBN yang saat ini mengandalkan sawit digadang-gadang bakal berperan penting dalam mencapai target NDC 2030. Dalam dokumen NDC terbaru yang diserahkan pemerintah Indonesia kepada PBB Juli lalu, implementasi biofuel di sektor transportasi mesti mencapai 90—100% dengan target sawit sebagai bahan baku utama (Mongabay.co.id, 2021).

Menurut Yayasan Madani Berkelanjutan, pengembangan BBN nasional masih banyak tantangan, terutama karena didominasi satu komoditas feedstock, yakni, sawit. Dengan pertimbangan ekonomi yang dilematis, dampak dari single feedstock ini akan mengancam ketersediaan lahan yang berkaitan hutan dan gambut. Menurut Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan, Nadia Hadad, Penurunan emisi jadi tidak terlalu relevan jika dilihat life cycle analysis-nya (Mongabay.co.id, 2021).

Menurut Aksel Tomte dari Universitas Oslo, kebijakan pemerintah Indonesia yang mewajibkan campuran 30% bahan bakar hayati dalam bensin sejak Januari 2020 untuk meningkatkan jumlah penggunaan biodiesel akan meningkatkan permintaan akan sawit, ekspor pertanian nomor satu bagi Indonesia. Pemerintah telah mencanangkan program tersebut sebagai cara untuk menurunkan impor bahan bakar fosil dan emisi gas rumah kaca. Namun, program itu akan memperparah deforestasi, meningkatkan emisi gas rumah kaca, dan menghilangkan keanekaragaman hayati, serta mengakibatkan konflik agraria (Theconversation.com, 2020).

Kata Tomte  lagi, kalangan industri sawit sering kali berargumen bahwa jika permintaan global untuk minyak nabati mesti terpenuhi dari kedelai, bunga matahari, dan kanola (dan tidak oleh sawit), maka lebih banyak lahan akan dibutuhkan, dan hal itu akan mendorong tingginya deforestasi. Hal itu kontroversial karena tidak semua tanaman tersebut berdampak setara terhadap deforestasi. Laporan dari Uni Eropa menyimpulkan bahwa kelapa sawit terkait dengan tingkat deforestasi yang lebih tinggi dibanding bahan bakar nabati lainnya.

Tomte menambahkan bahwa dengan demikian, kebijakan biodiesel bertujuan untuk menggantikan bahan bakar fosil sehingga perbandingannya harus dengan bahan bakar fosil, bukan jenis minyak nabati lainnya. Banyak studi menemukan bahan bakar minyak dari sawit memproduksi emisi karbon lebih banyak daripada bahan bakar fosil.

Mengenai kebijakan B30, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan bahwa permintaan BBN dipengaruhi laju elektrifikasi transportasi. Tanpa kendaraan listrik, katanya, kebijakan B30 hanya menggantikan 7% dari konsumsi bahan bakar pada 2050. Peningkatan kontribusi BBN lebih besar dapat terjadi dengan produksi drop in biofuel (Mongabay.co.id, 2021).

Elektrifikasi moda transportasi, kata Fabby, akan menurunkan kebutuhan minyak sawit untuk produksi BBN. Penggunaan kendaraan listrik di transportasi darat juga dapat menurunkan permintaan BBM. Jika merujuk peta jalan Kementerian Perindustrian, kendaraan listrik dapat membatasi kenaikan konsumsi BBM 40% saat ini.

Dekarbonisasi sistem energi memerlukan bahan bakar rendah karbon dari hasil berkelanjutan serta harga kompetitif dengan teknologi bahan bakar lain. Fabby mengatakan bahwa jika produksi BBN dari CPO (crude palm oil) dengan membuka lahan baru, jelas menyebabkan carbon footprint BBN lebih tinggi dan tidak compatible dengan tujuan transisi energi menuju dekarbonisasi.

Pertimbangan lain, kata Fabby, perlu eksplorasi penggunaan bahan baku BBN lain, generasi kedua dan ketiga sebagai pilihan. CPO yang sustainable tidak cukup memenuhi kebutuhan bahan bakar di masa depan.

Juru Kampanye Iklim dan Energi Walhi, Yuyun Harmono, mengatakan bahwa konteks kebijakan sawit yang diharapkan sebenarnya bukanlah revisi perpres biofuel, melatinkan moratorium sawit. BBN bukan jadi alternatif bagi bahan bakar fosil itu sendiri kalau dilihat dari persoalan lingkungan hidup dan perubahan iklim (Mongabay.co.id, 2018).

Karena biofuel mampu mengemisi tiga kali lipat, bukan mereduksi emisi. Ia mengacu pada produksi hulu sawit—bahan baku biofuel—yang diperoleh dengan menciptakan berbagai masalah dari deforestasi, kebakaran hutan dan lahan sampai konflik sosial,” ujar Yuyun.

Sumber: 

Praswoto, Bambang. 2007. “Bahan Bakar Nabati Asal Tanaman Perkebunan Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk Rumah Tangga” dalam Jurnal Perspektif Volume 6 Nomor 1, Juni 2007. 

Buku Kajian Pengembangan Bahan Bakar Nabati (Direktorat Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan, 2015).

“Apa Itu Biofuel (Bahan Bakar Nabati)?” (Madaniberkelanjutan.id, 5 Oktober 2021).

“Menimbang Kebijakan Bahan Bakar Nabati dari Sawit” (Mongabay.co.id, 13 September 2021).

“Program Mandatori Biodiesel 30% (B30)” (Ebtke.Esdm.go.id, 19 Desember 2019).

“Pertama di Dunia, Indonesia Terapkan Biodiesel 30 Persen (B30)” (Kominfo.go.id, 23 Desember 2019).

“Indonesia menyiapkan biodiesel dari sawit. Ini kemungkinan dampak sosial dan lingkungannya” (Theconversation.com, 30 Oktober 2020)

“Kebijakan Dorong Biofuel, Peluang Tekan Emisi atau Sebaliknya?” (Mongabay.co.id, 9 Agustus 2018).

Oleh: Firdaus Cahyadi

Pemerhati Lingkungan Hidup

Related Article

THE CONCEPT OF SUSTAINABLE BIOFUEL

THE CONCEPT OF SUSTAINABLE BIOFUEL

Indonesia sesumbar bahwa pengembangan sektor energinya lebih ambisius ketimbang negara lain di dunia. Pidato Presiden Joko Widodo dalam KTT Perubahan Iklim COP26 Glasgow mengklaim Indonesia sudah jauh melangkah dalam memanfaatkan energi baru terbarukan.

Dengan pengembangan ekosistem mobil listrik, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Asia Tenggara, pemanfaatan energi baru terbarukan termasuk biofuel, serta pengembangan industri berbasis clean energy termasuk pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia, di Kalimantan Utara,” mengutip isi pidato Presiden Joko Widodo dalam KTT COP26 Glasgow Senin, 1 November 2021. 

Indonesia mendapatkan sumber biofuel dari minyak kelapa sawit. Kebijakan mandatori  biodiesel misalnya, berlangsung progresif di mana sejak 2008 Indonesia menargetkan 20% bauran energi di tahun 2025. Realisasi bauran  minyak sawit 20% (B20) pada 2018 dan B30 di tahun 2020. Melansir siaran pers Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia/GAPKI dalam “Refleksi Industri Sawit 2020 dan Prospek 2021” menyebut tahun 2020 konsumsi biodiesel naik dari tahun 2019 seiring dengan perubahan kebijakan dari B20 menjadi B30. Total konsumsi tahun 2020 sebesar 17,35 juta ton (merupakan konsumsi domestik) naik 3,6% dari tahun 2019 (16,75 juta ton). 

Bahan bakar nabati ini digadang-gadang mampu memenuhi ambisi target iklim Indonesia.  Dominasi feedstock minyak sawit dianggap bernilai lebih ketimbang sumber feedstock lain. “Ketika kita punya kebijakan biodiesel yang progresif itu akan menekan risiko kebutuhan lahan lebih banyak,” ungkap Kepala kajian ekonomi lingkungan LPEM FEB Universitas Indonesia Dr. Alin Halimatussadiah dalam Workshop Menelaah Potensi Bahan Bakar Nabati Indonesia, Selasa, 16 November 2021. 

Laporan Studi: Risiko Kebijakan Biodiesel dari Sudut Pandang Indikator Makroekonomi dan Lingkungan, LPEM FEB UI 2020 (asumsi tidak ada peremajaan/replanting) menemukan risiko ekspansi lahan dari kebijakan biodiesel (B20, B30, B50) membutuhkan 3% lahan (skenario 1/B20), 39% lahan (skenario 2/B30), dan 70% (skenario 3/B50).  Skenario 3/B50 misalnya, butuh ekspansi lahan seluas 5,19 juta ha (2019); 1,69 juta ha (2020); 1,30 juta ha (2021) dan 1,11 juta ha (2022). 

Proyeksi ekspansi lahan sawit demi realisasi ambisi iklim Indonesia juga disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral/ESDM Arifin Tasrif. “1 juta barel per hari minyak itu kalau mau ganti ke CPO, kita butuh 15 juta ha kebun CPO baru. Itu hasil kajian dari kita,” ucap Arifin  dalam rapat dengan Komisi VII DPR (bidang energi, riset, teknologi dan lingkungan hidup), Senin, 23 November 2020.  15 juta ha, fantastis bukan? Seluas tiga pulau di Indonesia (Jawa, Bali, dan Lampung) atau setara dengan 227 luas wilayah ibukota negara!

Indonesia memiliki target sektor energi biofuel 46% di tahun 2050. Kebijakan yang tercantum dalam dokumen Long Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience/ LTS LCCR  2050 ini mengutamakan sektor transportasi. 

Karena memang pilihannya itu sulit. Kita mau ga mau pakai biofuel untuk mencapai NZE. Karena electric vehicle/EV tidak bisa digunakan untuk semua jenis transportasi. Risikonya di sektor kehutanan,” ungkap Alin, perempuan penerima gelar doktoral UI bidang ekonomi sumber daya alam dan lingkungan pada 2013 ini. 

Pasok Feedstock Alternatif dari Lahan Tersisa

Sawit bukan satu-satunya sumber bahan bakar nabati/BBN nasional. Yayasan Madani Berkelanjutan misalnya menawarkan untuk mencari bahan baku energi yang tidak hanya rendah karbon tapi juga ramah lingkungan. GIS Specialist Yayasan Madani Berkelanjutan Fadli Ahmad Naufal mengatakan terdapat dua potensi lahan untuk pengembangan feedstock BBN berkelanjutan. Pertama, potensi ketersediaan lahan. Terdapat 2,27 juta ha lahan di luar hutan dan di kawasan hutan (hutan produksi tetap dan hutan produksi yang bisa dikonversi).  

Sederhananya kawasan itu coba kita pilah berdasarkan aspek ekologis (hutan alamnya, gambut, habitat lebih dari 15 flora dan fauna), kita keluarkan juga izin yang konsisting. Coba kita keluarkan dari aspek perlindungan hutan dan lahan yang diusung pemerintah. Terakhir fokus pada tutupan lahan yang memang mungkin diusahakan (pemukiman misalnya). Kami keluarkan dari analisis ini sehingga meliputi tutupan lahan yang mungkin seperti semak, semak belukar, savana, tanah terbuka,” papar Fadli dalam Workshop “Tak Hanya Sawit, Indonesia Kaya Beragam Bahan Bakar Nabati,” Rabu, 17 November 2021. 

Fadli mengatakan dari pemilahan tersebut tersisa 2.269.318 ha dari luasan yang ada yaitu 138.396.905 ha. Luasan ini tersebar di Pulau Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara, Papua. Dari akumulasi lahan tersedia di tiap provinsi Jambi memiliki lahan terluas yaitu 371 ribu ha lahan tersedia/tersisa. Ini menjadi acuan Madani untuk menggali komoditas lokal yang ada di wilayah terpantau. 

Dari komoditi eksisting daerah yang dihimpun dari BKPM 2012-2017 dengan produksi di atas 20 ton per tahun terdapat Kelapa (969,278 ha), ubi kayu (913,130 ha), Ubi jalar (912,469 ha), Jagung (912,228 ha), Pinang (574,705 ha), Aren (538,819 ha), Tebu (172,880 ha), Jarak (100,745 ha). Meski begitu, Fadli mengatakan butuh penelitian lebih lanjut terkait dengan kecocokan lahan dengan jenis komoditas eksisting. 

Kedua, optimalisasi lahan di dalam izin sawit. “Melihat izin sawit yang ada saat ini dan bagaimana sisa lahan yang belum menjadi sawit bisa dioptimalkan jika memang pilihannya mengembangkan sawit untuk biodiesel,” kata Fadli. 

Madani mencatat data luas izin/usaha sawit eksisting per 2020 terdapat 22.219.508 ha izin sawit. Dengan menggunakan metodologi serupa maka ditemukan lahan tersisa seluas 1.162.648 ha luas lahan di dalam izin sawit. Temuan ini relatif menyebar. Dari akumulasi lahan tersisa di tiap provinsi, Kalimantan Timur memiliki lahan tersisa paling luas yaitu 470 ribu ha. Dari sisa luasan tersebut terdapat tumpang tindih izin, tertinggi tumpang tindih dengan minerba sebesar 264.591 ha. Dari luasan tumpang tindih perizinan inilah Madani memilah dan menghitung lagi hingga tersisa 613 ribu ha. Angka tersebut meliputi 287,021 ha (belum terdata), 167,434 ha IUP, 85,836 ha HGU, 73,322 ha ILOK, 20 ha hak milik. 

Terdapat potensi lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan feedstock BBN selain sawit. Meskipun memang itu harus kita telaah lebih dalam lagi terkait kecocokan tanah dengan komoditasnya. Pilihan kedua jika memang sawit menjadi pilihan pengembangan feedstock BBN maka tata kelola adalah hal yang paling pertama yang harus kita perhatikan bersama,” pungkas Fadli mengakhiri presentasi.  

Libatkan Pekebun Mandiri, Topang dengan Instruksi Pemerintah

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 833/KPTS/SR.020/M/12/2019 menetapkan luas tutupan kelapa sawit Indonesia tahun 2019 adalah 16.381.959 ha. Proporsi kepemilikan tersebut meliputi 41% (6,72 juta ha) perkebunan rakyat, 53% (8,68 juta ha) perusahaan swasta, 6% (0,98 juta ha) milik BUMN/pemerintah. Prosentase tersebut menunjukkan pentingnya peran pekebun mandiri kelapa sawit dalam rantai pasok sawit nasional sebagai penyokong kebijakan biodiesel berkelanjutan. Data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian juga menunjukkan kontribusi pekebun mandiri kelapa sawit mencapai 2.740.747 KK (2019)

Dalam Working Paper 3-2020 “Rantai Pasok CPO Pekebun Mandiri Dalam Tata Niaga Biodiesel,” Traction Energy Asia mengasumsikan jika setiap rumah tangga pekebun mandiri kelapa sawit mempekerjakan 2 orang, maka kegiatan tersebut berpotensi menyediakan lapangan pekerjaan bagi 5.481.494 orang. Traction Energy Asia juga mendorong transparansi dan keterlacakan  rantai pasok biodiesel yang digunakan dalam bauran energi. Hal ini penting sebagai upaya memastikan bahwa kebijakan biodiesel benar-benar menggunakan feedstock minyak sawit yang rendah emisi. Caranya dengan melibatkan pekebun mandiri kelapa sawit ke dalam rantai pasok biodiesel. 

Studi Traction Asia menemukan karakteristik pekebun mandiri kelapa sawit adalah pekebun yang memiliki lahan kurang atau sama dengan 5 hektare, produktivitas rendah (kurang dari 3 ton per hektare setiap panen), pendidikan maksimal SMA, belum menggunakan bibit bersertifikat, tidak rutin mengelola dan merawat kebun , masih bergantung kepada tengkulak (dalam menjual produk/TDS), memiliki usaha sampingan. 

Langkah kemitraan perusahaan dengan pekebun mandiri kelapa sawit memiliki keuntungan bagi keduanya, termasuk bagi negara. Pekebun mandiri mendapat kepastian pasar, harga jual stabil, dan meningkatkan kesejahteraan. Sebaliknya perusahaan mendapat pasokan bahan baku tanpa harus membuka lahan baru, menjadi portofolio yang menguatkan kredibilitas perusahaan dalam mendukung energi lestari. Selain itu kemitraan ini juga berpeluang menyasar segmen market yang peduli pada isu lingkungan dan kesejahteraan. Apalagi, pasar global saat ini, utamanya Uni Eropa menetapkan batas perdagangan hanya kepada perusahaan yang mendukung kebun sawit berkelanjutan. 

Lantas, apa relevansinya kemitraan tersebut bagi negara? Working paper Traction Energy Asia mengungkap pemerintah bisa menjalankan program sawit dalam kebijakan biodiesel secara inklusif dan rendah emisi. Ini bisa dicapai bila negara berani menerbitkan peraturan pemerintah yang mewajibkan perusahaan biodiesel hanya membeli minyak sawitnya dari perusahaan yang bermitra dengan pekebun mandiri kelapa sawit. 

Langkah ini selaras dengan apa yang pernah disampaikan Pak Jokowi dalam peresmian implementasi program biodiesel 30 persen (B30) di SPBU Pertamina 31 – 128.02 Jalan M.T. Haryono, Jakarta, Senin, 23 Desember 2019, “Penerapan B30 akan menciptakan permintaan domestik CPO yang sangat besar, selanjutnya menimbulkan multiplier effect terhadap 16,5 juta petani, pekebun kelapa sawit kita.” 

Related Article

MADANI BERKELANJUTAN: INDONESIA NEEDS A BIOFUEL ROADMAP TO REDUCE CARBON EMISSIONS

MADANI BERKELANJUTAN: INDONESIA NEEDS A BIOFUEL ROADMAP TO REDUCE CARBON EMISSIONS

[Madani News] Deputi Direktur Yayasan Madani Berkelanjutan, Giorgio Budi Indarto mengatakan bahwa untuk membuat bahan bakar nabati (BNN) mampu memenuhi komitmen iklim maka perlu dibuatkan road map (peta jalan) BBN dalam upaya mengurangi emisi karbon. Hal ini diungkapkan Giorgio atau yang akrab disapa Jojo dalam webinar “Pangan Vs Energi: Menelaah Kebijakan BBN di Indonesia”, pada Selasa, 16 November 2021 yang bekerjasama dengan Mongabay Indonesia.

Madani mengajak semua pihak yang berbicara BBN agar BBN tidak dijadikan alat untuk dikatakan sebagai solusi palsu. Madani ingin mengatakan apapun solusinya selama dapat dipikirkan secara tepat, ia mampu menjadi solusi,” kata Giorgio.

Indonesia berkomitmen menurunkan emisi karbon sampai 29 persen dengan usaha sendiri dan sampai 41 persen dengan dukungan internasional. Untuk itu, menurut Giorgio, Indonesia semestinya tidak hanya bergantung pada BBN yang berbahan dasar minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).

BBN tidak hanya biodiesel, kalau hanya biodiesel, makna BBN menjadi sempit, akhirnya BBN sulit menjadi solusi perubahan iklim yang sesungguhnya. Dan agak pilih kasih ketika hanya membicarakan satu komoditas,” katanya. 

Selain bahan baku BBN yang masih berfokus pada CPO, Giorgio juga memandang perluasan penggunaan BBN di dalam negeri masih menghadapi masalah berupa harga yang mahal sehingga belum mampu bersaing dengan Bahan Bakar Minyak (BBM). 

Kita harus mencari bagaimana BBN bersaing dengan minyak bumi. Sekarang tanpa insentif BBN lebih mahal, orang tidak mau membeli,” kata Giorgio.

Dalam diskusi yang sama hadir beberapa Narasumber seperti Paulus Tjakrawan, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (APROBI), Alin Halimatussadiah, Kepala Tim Kajian Ekonomi Lingkungan LPEM Universitas Indonesia, dan Sub Koordinator Supervisi Biofuel Direktorat Bioenergi Kementerian ESDM, Herbert Hasudungan. 

Saksikan diskusi “Pangan Vs Energi: Menelaah Kebijakan BBN di Indonesia” channel Youtube Yayasan Madani Berkelanjutan dan dapatkan bahan presentasi narasumber di lampiran yang tersedia di bawah ini.

Related Article

WHAT IS BIOFUEL?

WHAT IS BIOFUEL?

Sobat Madani, pernahkah kalian mendengar kata Biofuel atau bahan bakar nabati? Kalau pernah, apakah kalian tahu apa itu biofuel? Mungkin ada sebagian dari Sobat Madani yang mengetahuinya, tapi juga ada yang belum tahu atau bahkan sama sekali tidak mengetahuinya sama sekali. Lantas apa itu biofuel?

Secara umum, Biofuel adalah bahan bakar dari biomassa atau materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan, namun lebih cenderung dari tumbuhan.

Biofuel itu sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yakni bioetanol, biodiesel, dan biogas. Pertama, Bioetanol. Bioetanol sendiri adalah alkohol yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti gandum, tebu, jagung, singkong, ubi, buah-buahan, hingga limbah sayuran. Untuk mendapatkan alkohol, tumbuhan di atas harus melewati proses fermentasi terlebih dahulu.

Kedua, Biodiesel. Biodiesel adalah bahan bakar yang terbuat dari minyak kedelai, minyak rapeseed (sejenis bunga), minyak buah jarak, hingga minyak bunga matahari. Di Hawaii, biodiesel terbuat dari minyak goreng bekas. Kalau di Jepang, biodieselnya terbuat dari minyak bekas dari restoran. 

Nah, kalau di Indonesia bahan bakar nabati kebanyakan dibuat dari bahan minyak sawit mentah. Alhasil, ekspansi lahan pun terjadi sehingga menyebabkan hutan di Indonesia berkurang signifikan demi memenuhi kebutuhan pembuatan bahan bakar nabati. Kasihan, ya, hutan Indonesia.  

Bukan hanya itu, biodiesel juga bisa dibuat dari minyak hewan, tapi kebanyakan negara di dunia membuatnya dari tumbuh-tumbuhan.

Ketiga, Biogas. Biogas adalah bahan bakar yang berasal dari hasil fermentasi sampah tumbuhan atau kotoran (manusia atau hewan). Saat difermentasi, sampah atau kotoran itu akan mengeluarkan gas. Nah, gas itulah yang disebut dengan biogas.

Biogas biasanya digunakan untuk menyalakan listrik atau kompor. Oiya, biogas jauh lebih bersih, daripada batu bara. Selain itu, energi yang dihasilkan lebih besar dan karbon dioksida yang dihasilkan juga lebih sedikit. Keren, kan?

Bagaimana biofuel dihasilkan?

Tahukah kamu, ada dua jenis utama bahan baku dari biofuel yakni yang dapat dikonsumsi dan tidak dapat dikonsumsi. Produk makanan manusia seperti gula, pati, atau minyak sayur dijadikan biofuel melalui metode konvensional yakni transesterifikasi (seperti yang telah disebutkan di atas). 

Biofuel juga dapat dihasilkan dari tanaman non pangan, limbah pertanian dan residu yang tidak dapat dikonsumsi manusia dengan menggunakan teknologi maju seperti hydrocracking. Pada proses ini bahan baku dipecah dengan adanya hidrogen dalam menghasilkan biofuel. 

Apakah Menurutmu Biofuel adalah Energi Alternatif yang baik?

Sebagai upaya mengatasi krisis iklim dunia, mengurangi bahkan menghentikan pemanfaatan energi fosil menjadi sebuah keniscayaan. Namun, banyak negara terlihat sulit untuk menghentikan pemanfaatan energi fosil karena efek ketergantungan yang sangat kuat. Misalnya, saja pada minyak bumi dan gas, bahkan pada batu bara yang harganya relatif murah. 

Kesulitan dalam mengatasi hal tersebut membuat banyak pihak menganjurkan untuk mengalihkan dan mengurangi pemanfaatan sumber energi dari bahan bakar fosil dengan memanfaatkan bahan bakar nabati. 

Menurut Departemen Energi Amerika Serikat, biofuel seperti etanol menghasilkan karbon dioksida hingga 48 persen lebih sedikit daripada bensin konvensional sementara penggunaan biodiesel hanya melepaskan seperempat jumlah karbon dioksida yang dikeluarkan diesel konvensional. Hal ini menjadi pilihan yang jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Nah, Sobat Madani, suatu saat bahan bakar fosil akan tidak dimanfaatkan lagi karena dampak kerusakan lingkungan salah satunya krisis iklim yang diakibatkannya. Menuju transisi energi bersih yang lebih terbarukan, meninggalkan energi fosil dengan beralih memanfaatkan biofuel dinilai cukup realistis, bukan. Bagaimana menurut kalian?

Sumber

  1. https://bobo.grid.id/read/081641874/apa-itu-biofuel-inilah-pengertian-biofuel-dan-jenis-jenisnya?page=all 
  2. https://www.smart-tbk.com/biofuel-sumber-energi-alternatif/ 

Related Article

BLOG COMPETITION: DISCOVER AND TELL US ABOUT BIOFUELS AROUND YOU

BLOG COMPETITION: DISCOVER AND TELL US ABOUT BIOFUELS AROUND YOU

Dalam upaya mengatasi krisis iklim dunia yang makin mengkhawatirkan, meninggalkan energi kotor dan beralih ke energi bersih adalah cara terbaik yang harus dilakukan. Namun, berhenti memanfaatkan energi kotor seperti bahan bakar fosil, nyatanya tidak semudah membalik telapak tangan. Ketergantungan yang kuat pada sumber energi khususnya bahan bakar fosil menjadi salah satu penghambat sulitnya meninggalkan energi ini.

Demi melepas ketergantungan tersebut, perlahan-lahan dunia mulai mengurangi bahkan berani ke energi bersih. Salah satu langkah yang dilakukan untuk beralih ke energi tersebut adalah dengan memanfaatkan bahan bakar nabati atau biofuel. Secara umum, Biofuel adalah bahan bakar dari biomassa atau materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan, namun lebih cenderung dari tumbuhan.

Pemerintah Indonesia pun telah menetapkan biofuel sebagai salah satu langkah untuk mengatasi krisis iklim Indonesia. Oleh karena itu, Yayasan Madani Berkelanjutan mengajak publik untuk mencari lebih jauh informasi terkait biofuel atau bahan bakar nabati yang ada di sekitarnya untuk kemudian dibagikan kepada publik luas dalam bentuk tulisan yang ada di blog. Untuk itu, Madani mengadakan Blog Competition bertemakan “Temukan dan Ceritakan Bahan Bakar Nabati di Sekitarmu” untuk mengajak publik luas menggali lebih mendalam tentang Bahan Bakar Nabati.

Tema Blog Competition

Tema yang diangkat dalam Blog Competition ini adalah “Temukan dan Ceritakan Bahan Bakar Nabati di Sekitarmu”

Syarat Kepesertaan: 

  1. Blog adalah milik sendiri dan tidak boleh bermuatan politik, SARA pornografi atau konten lainnya yang melanggar Undang-Undang 

  2. Tulisan bukan merupakan plagiat dari tulisan orang lain.

  3. Isi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

  4. Peserta dapat mengikuti lebih dari 1 artikel dalam 1 blog atas nama yang sama. Akan tetapi hanya 1 tulisan saja yang akan mendapatkan hadiah jika terpilih.

  5. Peserta wajib mengikuti akun media sosial Yayasan Madani Berkelanjutan: facebook: @madaniberkelanjutan, twitter: @yayasanmadani, Instagram: madaniberkelanjutan.id. 

  6. Mengisi formulir pendaftaran di tautan berikut ini: FORM PENDAFTARAN

  7. Pajak hadiah ditanggung pemenang

Syarat Kepenulisan:

  1. Peserta membuat tulisan dengan sub tema yang sudah ditentukan.

  2. Wajib menyertakan kajian, bacaan, atau materi Yayasan Madani Berkelanjutan yang tersedia di website madaniberkelanjutan.id.

  3. Memberikan hyperlink kajian yayasan madaniberkelanjutan.id pada kata biofuel atau bahan bakar nabati. 

  4. Panjang tulisan minimal 750 kata dan maksimal 1.500 kata disertai dengan media pendukung seperti foto, video, grafis, atau media pendukung lainnya yang tidak melanggar copyright.

  5. Tulisan belum pernah dipublikasikan atau diikutsertakan pada kompetisi lain.

  6. Tulisan harus kreatif, positif, optimis, dan persuasif.

  7. Peserta wajib mempublikasi tulisan ke media sosial pribadi dengan menyebut (mention) akun media sosial Yayasan Madani Berkelanjutan: facebook: @madaniberkelanjutan, Instagram: madaniberkelanjutan.id, twitter: @yayasanmadani (optional), dan mencantumkan tagar #MadaniBerkelanjutan #IndonesiaTangguh 

  8. Yayasan Madani Berkelanjutan berhak mendiskualifikasi pemenang apabila karya yang dibuat merupakan plagiat atau tidak mendapat persetujuan dari subjek yang ditulis.

  9. Keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat.

Waktu

Waktu kegiatan ini adalah di 4 Oktober – 1 November 2021

Kriteria Penilaian

  1. Kebaruan dari gagasan yang ditulis menjadi penilaian utama.

  2. Gaya penulisan yang menarik dan mudah dipahami pembaca.

  3. Referensi maupun media pendukung yang menarik.

  4. Best Enggagement akan dipilih berdasarkan pada like dan comment terbanyak pada tulisan yang telah tayang di akun Instagram peserta.

Hadiah

  1. Tiga Pemenang terbaik mendapatkan Uang Tunai Sebesar Rp 1 juta + Gift menarik

  2. Best Enggagement (komentar dan share terbanyak di instagram) mendapatkan Uang Tunai Sebesar Rp 1 juta + Gift menarik

  3. 20 tulisan pertama akan mendapatkan gift menarik dari Yayasan Madani Berkelanjutan

  4. Semua peserta yang mengikuti lomba akan mendapatkan e-sertifikat.

Pengumuman Pemenang

Pemenang Blog Competition akan diumumkan di IG Feed dan IG Story Madani pada 8 November 2021.

Sobat Madani, ayo ikuti lomba ini. Semoga kalian pemenangnya, ya. Selamat menulis!

Related Article

TIKTOK CHALLENGE: DISCOVER AND TELL US ABOUT BIOFUELS AROUND YOU

TIKTOK CHALLENGE: DISCOVER AND TELL US ABOUT BIOFUELS AROUND YOU

Hai Sobat Madani, apakah kamu adalah satu penggemar TIKTOK? Kalau iya, berarti kita sama, dong.

Tahukah kamu, sebagai salah satu media sosial yang cukup populer di 2020, TIKTOK dinilai sebagai media yang paling tepat untuk seru-seruan bahkan bisa digunakan sebagai media edukasi masyarakat. Hebat, kan, Sobat Madani.

Aplikasi video kreasi yang dilengkapi berbagai filter, musik dan font yang unik, nyatanya telah diunduh oleh lebih dari 300 juta pengguna pada 2020. Tiktok juga tidak hanya digunakan untuk membagikan video kreatif bernyanyi, menari, make up, memasak dan yang lainnya, tetapi juga diisi dengan kontent substansi seperti konten pembelajaran, seperti yang dilakukan oleh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Ira Mirawati.

Kali ini, Yayasan Madani Berkelanjutan, ingin mengajak Sobat Madani semuanya, dalam kegiatan Tiktok Challenge bertemakan “Temukan dan Ceritakan Bahan Bakar Nabati di Sekitarmu” untuk mengajak publik luas menggali lebih mendalam tentang Bahan Bakar Nabati. 

Lebih lengkap terkait dengan Tiktok Challenge ini, dapat kamu lihat di bawah ini, ya. Berikut persyaratannya:

TEMA

“Temukan dan Ceritakan Bahan Bakar Nabati di Sekitarmu”

PERSYARATAN

  1. Follow IG @madaniberkelanjutan.id TikTok Madani @madaniberkelanjutan.id dan twitter Madani @yayasanmadani dan tag 3 temen untuk join lomba ini.

  2. Upload Tiktok dengan mention ke Tiktok @madaniberkelanjutan.id.

  3. Konten yang sudah diunggah oleh peserta di akun TikTok dibagikan melalui media sosial Instagram dengan tagar #MadaniBerkelanjutan #Indonesia Tangguh dan mention Instagram @madaniberkelanjutan.

  4. Akun peserta aktif dan tidak di private.

  5. Pelaksanaan Lomba : 4– 29 Oktober 2021.

  6. Pengumuman Pemenang Akan Diumumkan di IG Story Madani pada 5 November 2021.

  7. Informasi lomba selengkapnya dapat dilihat di Bit.ly/TiktokChallengeMadani.

  8. Referensi informasi dapat mengutip di www.madaniberkelanjutan.id dana portal komitmeniklim.id tentang bahan bakar nabati. 

  9. Pemenang ditentukan oleh Yayasan Madani Berkelanjutan dan bersifat mutlak serta tidak dapat diganggu gugat.

PENILAIAN

  1. Kesesuaian Tema

  2. Pesan yang disampaikan

  3. Kreativitas video

  4. Orisinalitas video

HADIAH

Hadiah:  10 Pemenang masing-masing mendapatkan Rp 1 juta  

TIMELINE

Pelaksanaan Lomba : 29 September – 29 Oktober 2021

Penjurian : 1-3 November 2021

Pengumuman Pemenang: 5 November 2021

Pengiriman hadiah : 8 – 12 November 2021

Related Article

OPPORTUNITY TO FULFILL INDONESIA'S CLIMATE COMMITMENTS WITH AN ELABORATION OF THE BIOFUEL POLICY

OPPORTUNITY TO FULFILL INDONESIA'S CLIMATE COMMITMENTS WITH AN ELABORATION OF THE BIOFUEL POLICY

[Madani News] Indonesia merupakan salah satu negara yang serius dalam mengembangkan bahan bakar nabati atau BBN yang dibuktikan dengan adanya kebijakan energy mix policy atau bauran energi sejak 2006. Di mana dorongan awalnya adalah untuk mencapai kedaulatan energi dan peningkatan ekonomi terutama melepaskan ketergantungan dari energi fosil dan menjadi salah satu strategi penurunan emisi gas rumah kaca nasional. Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan, Nadia Hadad diskusi virtual “Menakar Aktualisasi Kebijakan Bahan Bakar Nabati Nasional Guna Mencapai Komitmen Iklim Indonesia” yang diselenggarakan pada Selasa, 07 September 2021.

Nadia Hadad juga menyampaikan bahwa strategi kebijakan BBN sudah tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia serta strategi pencapaian net zero emission. Namun, tantangan dari pengembangan BBN nasional masih cukup didominasi oleh satu komoditas, yakni sawit.

Knowledge Management Manager Yayasan Madani Berkelanjutan, Anggalia Putri atau Anggi, yang bertindak sebagai pemantik diskusi menyampaikan bahwa dalam NDC, bahan bakar nabati atau juga yang sering disebut biofuel diproyeksi memainkan peran sentral mencapai target NDC 2030.

Anggi juga menyampaikan bahwa terdapat tiga impian menuju Indonesia tangguh, pertama yakni terkait transformasi ekonomi menuju pembangunan yang berkelanjutan, kedua, mencapai ketahanan dan kemandirian energi, dan juga mencapai NDC Indonesia 2030 dan net zero emissions. “Impian ini tidak dapat dilepaskan satu sama lain untuk tujuan Indonesia pada 2030. Indonesia sudah sangat maju, Indonesia sudah memiliki komitmen iklim, kebijakan kita sudah dibungkus dengan kebijakan yang rendah karbon”, ujar Anggi. 

Dalam diskusi ini hadir beberapa narasumber seperti Dr.Ir.Arifin Rudiyanto,M.Sc dari Kedeputian Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, kemudian Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi, Direktorat Bioenergi Kementerian ESDM, Agus Saptono,SE,M.M, dan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR). 

Simak Diskusi “Menakar Aktualisasi Kebijakan Bahan Bakar Nabati Nasional Guna Mencapai Komitmen Iklim Indonesia” di Channel Youtube Yayasan Madani Berkelanjutan.

Dapatkan paparan dari para narasumber diskusi “Menakar Aktualisasi Kebijakan Bahan Bakar Nabati Nasional Guna Mencapai Komitmen Iklim Indonesia” dengan mengunduh di lampiran yang tersedia di bawah ini.

Related Article

WE’RE HIRING: PROGRAM OFFICE BIOFUEL

WE’RE HIRING: PROGRAM OFFICE BIOFUEL

Posisi               : PROGRAM OFFICER BIOFUEL

Lokasi Kerja   : Jakarta

 

Latar Belakang

Yayasan Madani Berkelanjutan (Manusia dan Alam untuk Indonesia Berkelanjutan) adalah lembaga nirlaba yang bertujuan untuk memperkuat berbagai inisiatif lokal dan nasional dalam menyelamatkan hutan untuk membangun ekonomi Indonesia tanpa merusak lingkungan dengan strategi menjembatani hubungan antar pemangku kepentingan untuk mencapai solusi inovatif terkait tata kelola hutan dan lahan.

 

Untuk mendukung program Promosi Perlindungan Hutan dan Lahan Gambut dalam Kebijakan Biofuel Indonesia, Madani membutuhkan seorang Program Officer Biofuel dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:  

 

Tugas dan Tanggung Jawab:

  1. Melaksanakan program sesuai dengan strategi implementasi Program dan SOP serta kode etik organisasi
  2. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pembelajaran (MEAL) di tingkat kegiatan (Efektivitas pelaksanaan kegiatan) 
  3. Menyusun Laporan Program, baik tengah tahun maupun akhir tahun sesuai dengan kalender manajemen program yang mencakup status pelaksanaan kegiatan dan pencapaian output, outcome dan impact program. 
  4. Memonitor implementasi dari rencana kerja yang telah disusun dan memberikan laporan capaian pelaksanaan seluruh program secara berkala kepada Program Director. 
  5. Memeriksa dan mengelola data dan informasi yang dibutuhkan dalam rangka berjalannya program dan kegiatan, termasuk kebijakan, kontak pihak eksternal dan lainnya. 
  6. Mendokumentasikan keseluruhan data dan dokumen terkait program 
  7. Mengontrol dan memeriksa pengumpulan data dan riset serta pengarsipan semua kegiatan program dan hasil-hasilnya. 
  8. Mengelola, mengarahkan dan memantau kinerja Program Assistant 
  9. Berpartisipasi aktif dalam upaya pengembangan profesional pribadi dan pengembangan organisasi. 
  10. Melaksanakan seluruh kebijakan dan prosedur SDM yang berlaku di Madani. 
  11. Memberi masukan dan terlibat dalam merencanakan dan mengatur strategi pelibatan pemangku kepentingan, termasuk di dalamnya berkoordinasi dengan berbagai pihak
  12. Mewakili Lembaga dalam berbagai forum jejaring terkait program yang menjadi tanggung jawabnya atas persetujuan line manager
  13. Berkoordinasi dengan pihak terkait terutama CSO dan Pemerintah daerah dalam pelaksanaan program
  14. Memastikan output berupa Rencana Kerja Program Tahunan, Laporan Program untuk Donor dan Laporan Progress Program bulanan tercapai
  15. Memberikan masukan substantif terkait kebijakan program yang menjadi tanggung jawabnya kepada Program Direktur dalam rangka pelaksanaan program untuk mengetahui kinerja masing-masing program sebagai umpan balik bagi strategi Madani kedepannya.

 

Kualifikasi

  1. S1 Semua Jurusan, yang relevan dengan program yang ditangani 
  2. Memiliki Pengalaman minimal 3 tahun dalam manajemen Program 
  3. Memiliki Kemampuan yang baik dalam mengatur strategi pelibatan dengan para pemangku kepentingan di bidang lingkungan baik secara online maupun offline
  4. Menguasai Microsoft Office
  5. Menguasai peraturan, kebijakan dan  issue-issue yang terkait dengan program yang ditangani
  6. Mampu berkomunikasi menggunakan bahasa inggris aktif dan pasif
  7. Mampu bekerja dengan baik dalam tim, teliti dan kreatif

 

Harap kirimkan aplikasi anda dengan melampirkan CV dan Letter of Interest melalui email ke: rekrutmen@madaniberkelanjutan.id paling telat tanggal 05 April 2021 dengan subject: PO – BIOFUEL.

 

Kami memberikan kesempatan kepada semua orang yang tertarik dan memenuhi syarat terlepas dari ras, jenis kelamin, disabilitas, agama/kepercayaan dan usia untuk mengirimkan aplikasinya.

Related Article

Lembar Fakta: ‘Larangan’ Impor Minyak Sawit Indonesia oleh Uni Eropa

Lembar Fakta: ‘Larangan’ Impor Minyak Sawit Indonesia oleh Uni Eropa

Lembar fakta ini menangkap sejumlah sisi keresahan publik Indonesia mengenai Arahan Energi Terbarukan Uni Eropa mengenai usulan penghapusan kontribusi bahan bakar nabati berbahan dasar minyak kelapa sawit. Pemerintah dan industri kelapa sawit Indonesia telah bereaksi cukup keras dan tegasatas isu ini, termasuk dalam liputan media massa. Lembar fakta ini disusun oleh delapan organisasi masyarakat sipil yang aktif mengupayakan perbaikan tata kelola sawit di Indonesia, serta menjawab kegelisahan sejumlah pihak mengenai keberlangsungan bisnis lini ini.Tim Penyusun:
1. Anggalia Putri Permatasari (Yayasan Madani Berkelanjutan), anggalia.putri@madaniberkelanjutan.id
2. Teguh Surya (Yayasan Madani Berkelanjutan), teguh.surya@madaniberkelanjutan.id
3. Giorgio Budi Indarto (Spesialis Kebijakan Hutan dan Perkelapasawitan), giorgio.gbi@gmail.com
4. Abimanyu Sasongko Aji (Kemitraan), abimanyu.aji@kemitraan.or.id
5. Isna Fatimah (Indonesian Center for Environmental Law/ICEL), isna@icel.or.id
6. Mardi Minangsari (Kaoem Telapak), minangsari@gmail.com
7. Kania Mezariani (Institute for Policy Research and Advocacy/ELSAM), kania@elsam.or.id

Related Article

For Peat’s Sake: Memahami dampak konsumsi biodiesel dari minyak sawit terhadap iklim

For Peat’s Sake: Memahami dampak konsumsi biodiesel dari minyak sawit terhadap iklim

Selama puluhan tahun, industri minyak sawit di Asia Tenggara erat hubungannya dengan deforestasi, hilangnya habitat, dan perusakan gambut di wilayah-wilayah yang paling kaya akan keanekaragaman hayati di planet ini. Terlepas dari berbagai upaya terkini untuk mengurangi jejak ekologis dari produksi minyak sawit, misalnya Roundtable on Sustainable Palm Oil, Indonesian Palm Oil Pledge, serta sejumlah komitmen korporasi untuk menghentikan deforestasi, pada kenyataannya ekspansi kelapa sawit masih terus menimbulkan bencana bagi lingkungan hidup hingga saat ini.

Untuk membaca selengkapnya, sila unduh laporan di bawah ini.

Related Article

en_USEN_US