Madani

Tentang Kami

Yuk Asuh Pohon Untuk Selamatkan Hutan

Yuk Asuh Pohon Untuk Selamatkan Hutan

Tentu kita semua sudah tahu mengapa hutan harus terus kita jaga. Iya, benar, karena hutan adalah paru-paru dunia, pusat bernafas dari semua yang ada di bumi ini. Dapat kita bayangkan jika hutan rusak. Maka sumber udara bersih akan hilang. Itu mengapa kita harus selalu menjaga hutan agar tetap lestari.

Lantas, apakah kita yang tinggal jauh dari hutan masih bisa ikut serta dalam menjaga hutan? Jawabannya tentu saja bisa. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk ikut menjaga hutan, meskipun kita tinggal jauh dari hutan. Salah satunya adalah dengan menjadi pengasuh pohon dalam Program Pohon Asuh.

Apa itu Pohon Asuh?

Pohon Asuh adalah sebuah program penyelamatan hutan dengan metode Crowdfunding. Yakni sebuah bentuk pendanaan yang dikumpulkan dari banyak pihak secara kolektif. Lewat program pohon asuh inilah kemudian dananya digunakan untuk  memelihara dan melindungi hutan agar tetap lestari.

Program Pohon Asuh ini dipelopori oleh KKI Warsi, dan saat ini sudah dikembangkan di banyak wilayah dampingan Warsi. Seperti di Hutan Adat Rantau Kermas, di Kabupaten Merangin, Jambi. Juga di empat hutan nagari yang ada di Sumatera Barat, seperti hutan nagari di Simancuang, Kabupaten Solok Selatan, hutan nagari Sungai Buluh di Kabupaten Padang Pariaman serta Hutan Nagari Sirukam dan Simanau di Kabupaten Solok.

Pohon yang akan diasuh ini sebelumnya ditentukan terlebih dahulu, yaitu dipilih pohon yang memiliki diameter minimal 60 cm. Setelah ditentukan dengan GPS, kemudian datanya dimasukkan ke dalam website pohon asuh www.pohonasuh.org . Data pohon asuh di website inilah yang dapat diketahui oleh masyarakat luas. Kemudian masyarakat bisa memilih pohon asuhnya lewat website.

Di dalam website, pengasuh bisa memilih jenis pohon, letaknya dan juga jangka waktu berdonasinya. Bisa setahun atau lebih. Biayanya cukup murah. Hanya 200 ribu untuk satu pohon selama satu tahun. Dan jika sudah lewat waktunya, bisa diperpanjang lagi.

Pengasuh pohon akan dikabarkan letak pohon asuhnya, dan perkembangan pohon tersebut lewat email setiap enam bulan sekali. Jika telah lewat masa waktunya, pengasuh pohon akan diberikan kabar lewat email apakah akan memperpanjang lagi atau tidak. Pengelola akan mencantumkan nama pengasuh dan keterangan pohon yang telah diasuh dalam bentuk papan nama yang dipasang pada pohon yang diasuh.

Foto Pohon Asuh Nagari Sirukam. (Kiki Andianto @Yayasan Madani Berkelanjutan)

Kontribusi dari program pohon asuh ini selain digunakan untuk melakukan kegiatan penyelamatan hutan dengan mengembangkan perhutanan sosial hingga kegiatan patroli jaga hutan, juga digunakan untuk menunjang kerja masyarakat.

Program pohon asuh ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat Sumatera Barat dan Jambi saja, tetapi juga diikuti oleh masyarakat dari beragam kalangan. Daniel Mananta dan Dian Sastro juga menjadi contoh warga dan artis ibukota ikut serta dalam program pohon asuh. Pohon asuhnya terletak di Hutan Nagari Sirukam, Kabupaten Solok.

Bagi kamu yang tertarik lebih lanjut dengan program ini, kamu juga bisa menelisik lebih lanjut program pohon asuh ini di www.pohonasuh.org. Ayo Sobat Madani, pohon-pohon di sana telah memanggilmu untuk mengasuh mereka. Yuk, asuh pohon di pohon asuh!

Related Article

The Guardian Sang Pendamping Parimbo Hutan Nagari Sirukam

The Guardian Sang Pendamping Parimbo Hutan Nagari Sirukam

Saat menjelajah Hutan Nagari Sirukam yang terletak di Nagari Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, kita pasti akan dikenalkan dengan Guardian. Guardian ini menjadi salah satu pelindung Hutan Nagari Sirukam. Namun jangan membayangkan sosok Guardian ini seperti Harrison Ford yang ganteng dan gagah dengan baju lapangan seperti di Film “Indiana Jones”. Dan juga bukan seperti sosok Joo Ji Hoon, sang penjaga hutan di Gunung Jiri dalam Drama Korea Mount Jiri. 

The Guardian adalah alat sensor akustik  yang berbasis teknologi artificial intelligence (AI). Alat ini mampu mendeteksi dan merekam suara yang ada di dalam hutan, seperti suara binatang, suara mesin gergaji (chainsaw), suara truk pengangkut, hingga suara tembakan yang ada di dalam hutan. Radiusnya bisa mencapai 1,5 kilometer. Ketika mendeteksi suara tersebut, alat Guardian akan mengirimkannya secara real time melalui notifikasi atau pemberitahuan ke telepon para Parimbo atau petugas Patroli Hutan Nagari Sirukam. Selanjutnya Tim Patroli akan melakukan patroli dan pemeriksaan langsung ke lokasi yang ditunjukkan.

Kami menggunakan sistem digital atau biasa dikenal dengan artificial intelligence untuk memantau terjadinya perusakan hutan. Alat ini nanti akan memberikan notifikasi ke handphone kami para Parimbo,” tutur Jasmir Jumadi Parimbo Hutan Nagari Sirukam.

Alat ini bisa mendeteksi suara chainsaw yang digunakan oleh penebang kayu, hingga di jarak 1,5 kilometer dari tempat pemasangan alat,” kata Bukhtiar, Parimbo Hutan Nagari Sirukam lainnya.

Alat The Guardian ini dirakit dari ponsel bekas, kotak dengan baterai, mikrofon perekam suara dan panel surya. Ponsel bekas dimasukkan ke dalam kotak agar terlindungi dari hujan, panas dan angin. Kemudian dihubungkan dengan panel surya sebagai sumber energi dan mikrofon perekam suara untuk menangkap suara dalam radius 1,5 kilometer. Selanjutnya alat ini dipasang di dahan pohon di ketinggian 50 meter. Pemasangan di ketinggian 50 meter dimaksudkan agar alat tersebut dapat menangkap sinyal telepon. Selain itu juga bertujuan agar alat tersebut tidak dapat dicuri oleh orang-orang yang memiliki maksud untuk mengganggu alat. Alat ini juga dapat terdeteksi jika rusak, mati atau ada yang mengambil. Lokasi pemasangan juga memperhatikan cuaca sekitar, perubahan suhu dan sebagainya.

Alat The Guardian ini tidak hanya dipasang di Hutan Nagari Sirukam. KKI WARSI bersama Rainforest Connection (RFCx) telah memasang alat ini di beberapa wilayah di kawasan Lanskap Mudiak Badua yang terbentang di empat kabupaten di Sumatera Barat, mulai dari Dharmasraya, Solok, Solok Selatan dan Sijunjung. Pantauan alat Guardian ini mencapai 18.096 hektare.

Pemasangan pertama dilakukan pada Juli 2019 sebanyak 12 unit yang dipasang tersebar di empat nagari, yakni Nagari Sirukam yang berada di Kabupaten Solok, Nagari Pakan Rabaa Timur, Nagari Pakan Rabaa, dan Nagari Pasir Talang Timur di Kabupaten Solok Selatan. Pada setiap Nagari terpasang 3 alat di 3 titik yang berbeda. Pemasangan kedua dilakukan pada Februari 2020 sebanyak lima buat guardian dan dipasang di Nagari Sumpur Kudus sebanyak tiga unit dan dipasang di Nagari Jorong Simancuang Nagari Alam Pauh Duo sebanyak dua unit.

Di hutan Nagari Sirukam ini telah terpasang tiga alat Guardian. Satu di jalan menuju ke sumber air ini, dua yang lainnya dipasang di tempat yang berbeda. Dan semua alat memiliki jarak jangkauan 1,5 kilometer,” kata Bukhtiar sambil menunjukkan letak alat guardian yang ada di dahan pohon dengan ketinggian di atas 30 meter.

Guardian sangat membantu dan memudahkan kerja-kerja tim Patroli LPHN atau para Parimbo di enam nagari tersebut dalam melakukan pemantauan. Dan juga mengefektifkan kinerja tim patroli LPHN dalam mengumpulkan barang bukti terkait temuan lapangan yang dapat berupa foto temuan lapangan, rekaman suara, hingga titik koordinat lokasi temuan.

Alat ini membantu kami dalam menjaga hutan Nagari Sirukam. Dulu sebelum ada alat, kami patroli sebulan sekali keliling hutan Nagari Sirukam. Dengan adanya alat ini, membantu kami mempercepat mendapatkan informasi jika ada ada temuan. Jadi mempercepat kerja kami,” kata Bukhtiar.

Jasmir Jumadi menjelaskan bahwa alat Guardian ini membantu Tim Patroli Hutan LPHN, mengingat luas Hutan Nagari Sirukam yang cukup luas, 1.789 hektare. Sementara jumlah Parimbo Hutan Nagari Sirukam tidak banyak. “Jika sebelum adanya alat ini, kami patroli di titik-titik tertentu yang rawan terjadinya penebangan ilegal. Namun setelah adanya alat ini, kami bisa memantau hutan Nagari Sirukam lebih luas, secara digital. Alat ini memberikan kemudahan kepada kami untuk terus menjaga hutan.”

Sejak alat Guardian dipasang, para Parimbo di Nagari Sirukam telah beberapa kali menggagalkan aksi penebangan liar. Jasmir menuturkan, bahwa dari tiga alat yang terpasang tersebut, dua alat sering mengirimkan notifikasi. Di Agustus 2019 lalu, Guardian mendeteksi perusakan hutan di kawasan hutan nagari tersebut. Ini berawal ketika di alat Guardian ini memunculkan notifikasi bahwa ada suara chainsaw yang mengindikasikan sedang terjadi kegiatan penebangan kayu di kawasan hutan nagari Sirukam. Kemudian Parimbo Tim Patroli Hutan LPHN melakukan pengecekan di lapangan dan ditemukan pelaku dan barang bukti. 

The Guardian ini membantu masyarakat dan Parimbo untuk memantau dan menjaga hutan dari kegiatan pembalakan liar dan perusakan hutan. Ia menjadi pendamping Parimbo Hutan Nagari Sirukam menjaga Hutan Nagari Sirukam tetap terjaga dan lestari. [Luluk Uliyah]

Related Article

ProKlim di Areal Perhutanan Sosial Nagari Sirukam: Duet Seru untuk Mencapai Komitmen Iklim dan Penguatan Ekonomi Lokal

ProKlim di Areal Perhutanan Sosial Nagari Sirukam: Duet Seru untuk Mencapai Komitmen Iklim dan Penguatan Ekonomi Lokal

[Solok, 27 Oktober 2020] Program Kampung Iklim (ProKlim) di areal perhutanan sosial, bukan hanya didorong untuk memperkuat pencapaian target komitmen Iklim Indonesia tapi juga mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di tingkat tapak melalui pengeloolaah hutan berkelanjutan. Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan, Muhammad Teguh Surya dalam diskusi “Diseminasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan di Kabupaten Solok”.

Berdasarkan kajian Yayasan Madani Berkelanjutan yang bekerja sama dengan Yayasan Climate and Society diketahui bahwa program perhutanan sosial sebuah program prioritas nasional merupakan program yang hasilnya dapat diukur kontribusinya terhadap pencapaian komitmen Iklim Indonesia atau Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. 

Dalam kalkulasinya, hutan yang dikelola masyarakat melalui program perhutanan sosial mampu berkontribusi sebesar 34,6% terhadap NDC Indonesia, jika ada upaya percepatan implementasi perhutanan sosial, terutama pada wilayah berisiko tinggi-sedang dan pencegahan deforestasi pada wilayah berisiko tinggi. Jika program ini kita elaborasi dengan baik salah satunya dengan mendorong Proklim, maka kontribusinya akan lebih maksimal dan manfaatnya pada perekonomian semakin dirasakan masyarakat”, Ujar Teguh Surya.

 

Muhammad Teguh Surya juga mengatakan bahwa integrasi ProKlim dan perhutanan sosial adalah peluang besar bagi masyarakat untuk meningkatkan ekonominya karena pada dasarnya program ini dapat membuka peluang pendanaan dari dalam negeri maupun Internasional yang jumlahnya cukup besar. “Belum lama ini, pihak internasional yakin Green Climate Fund (GCF) telah menunjukkan apresiasinya melalui pendanaan kepada pemerintah Indonesia, nantinya dana ini akan dikelola oleh Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) yang kemudian akan disalurkan kepada masyarakat. Melalui ProKlim di area perhutanan sosial ini, peluang masyarakat untuk mendapatkan dana tersebut sangat besar”, tambah Teguh Surya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Solok, Bakhrizal Bakti mengatakan bahwa sebagai bentuk komitmen dalam mendukung perlindungan hutan, Kabupaten Solok telah memasukkan ProKlim dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Solok. “Dengan komitmen tersebut, kita berharap juga SKPD yang lain di Kabupaten Solok ikut serta berpartisipasi dalam pengembangan Kampung Iklim ini”, ujar Bakhrizal Bakti.

Banyak yang berpikir bahwa kampung iklim ini hanya seputar kegiatan mengenai hutan saja, padahal tidak. Kampung Iklim ini sendiri adalah program yang menyangkut banyak aspek salah satunya terkait dengan ekonomi masyarakat”, pungkas Bakhrizal.

Kasi Bina Komunitas Kawasan Pemukiman Direktorat Kemitraan Lingkungan Ditjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Siti Mariam mengatakan bahwa program perhutanan sosial ini adalah program pemerintah yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui hutan yang ada di sekitarnya.

Sebelum ada program perhutanan sosial ini, banyak masyarakat yang tinggal di daerah sekitar hutan hidup dalam kemiskinan. Karena hal tersebutlah akhirnya program ini dicetuskan agar masyarakat dapat mengakses dan mengelola hutannya demi peningkatan ekonominya dan demi kita bersama yakni demi pengurangan dampak perubahan iklim” ujar Siti Mariam.

Sementara itu, Program Manager KKI Warsi, Rainal Daus menyampaikan bahwa hasil kegiatan perhutanan sosial yang telah dilaksanakan di Nagari Sirukam terbilang sangat baik. Dalam hal ini pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kabupaten Solok berkomitmen untuk mendukung berjalannya program perhutanan sosial.

Tepat pada 10 Desember 2019, Bupati Solok menyampaikan bahwa perhutanan sosial telah memberikan dampak positif kepada masyarakat. Manfaat yang paling dirasakan adalah peningkatan perekonomian masyarakat dan kelestarian lingkungan” ujar Rainal Daus.

Terkait dengan kegiatan ProKlim di areal perhutanan sosial Nagari Sirukam, beberapa kegiatan telah dilaksanakan seperti pengembangan database Potensi Ruang Mikro (PRM), Sekolah Lapangan Perkebunan Organik yakni sekolah di lapangan atau perkebunan kopi, dan Pengelolaan Sampah Terpadu bersama Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag), pengelolaan pohon asuh, dan pengamanan hutan berbasis teknologi yang bernama Guardian. Kegiatan tersebut tentunya dapat berjalan dengan baik atas dukungan para pihak, baik dari Pemerintah Nagari Sirukam, Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) Sirukam, KKI Warsi, Yayasan Madani Berkelanjutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Pemerintah Kabupaten Solok.

Related Article

id_IDID